Pada
kesempatan kali ini saya ingin membahas tentang hubungan antara al-Quran dan sains. Sebelum
itu kita akan membahas dahulu tentang Al-Quran. Al-Quran secara etimologi
berasal dari kata Qaraa-Yaqrau-Qur’anan yang berarti
“bacaan atau yang dibaca”. Secara general Al-Quran didefinisikan sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam Allah, seatu
mukjizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Melalui perantaraan malikat
Jibril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan
membacanya merupakan amal ibadah.
Al-Quran
adalah kitab induk,rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber,
basis bagi segala ilmu pengetahuan, sejauh mana keabsahan ilmu harus diukur
standarnya dengan
Al-Quran. Ia adalah buku induk ilmu pengetahuan, dimana tidak ada satu perkara
apapun yang terlewatkan, semuanya telah tertuang di dalamnya yang mengatur
berbagai aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah (Hablu
min Allah); sesama manusia (Hablu min an Nas); alam, lingkungan,
ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu empiris, ilmu agama, umum, dan lain
sebagainya.
Salah
satu kumukjizatan al-Quran yang paling utama adalah hubungannya dengan sains,
begitu pentingnya sains dalam
Al-quran sehingga Allah menurunkan wahyu pertama kali Q.S. Al-‘Alaq 1-5.
·
Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
·
Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah,
·
Bacalah, dan
Tuhanmu lah yang
Maha Pemurah,
·
Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan qalam,
·
Dia mengajar
manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat tersebut di
atas mengandung perintah membaca, membaca berarti berfikir secara teratur atau
sistematis dalam mempelajari firman dan ciptaannya. Berfikir dengan
mengkolerasikan antara ayat qauliah dan kauniah manusia akan
mampu menemukan konsep-konsep sains dan ilmu pengetahuan. Bahkan perintah yang
pertama kali dititahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW dan umat Islam
sebelum perintah-perintah yang lain adalah mengembangkan sains atau ilmu pengetahuan,
serta bagaimana cara mendapatkannya.
Setelah kita
membahas panjang lebar tentang Al-Quran maka kali ini kita akan membahas ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab
suci Al-Quran Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam Al-Quran sebanyak
105 kali, tetapi dengan kata jadinya ia disebut lebih dari 744 kali. Sains
merupakan salah satu kebutuhan agama Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam
ingin melaksanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat yang
tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan,
pelaksanaan haji dan lain-lain. Semuanya punya waktu-waktu tertentu dan untuk
menentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi. Maka dalam Islam pada abad
pertengahan dikenal istilah “sains mengenai waktu-waktu tertentu”. Dan juga
masih banyak lagi ajaran agama Islam yang memerlukan ilmu pengetahuan dalam
melaksakannya. Bahkan bagi umat muslim melaksanakan shalat dalam keadaan hilang
akal, mabuk, gila dan lain-lain tidak dianggap sah ibadahnya. Hal ini dikarenakan
islam sangat menjunjungtinggi akal dan
juga ilmu pengetahuan.
Adapun sains
dalam Islam
memiliki karakteristik yang khusus. Allah SWT telah menganugrahkan akal kepada
manusia, suatu anugerah yang sangat berharga, yang tidak diberikan kepada
makhluk lain, sehingga umat manusia mampu berpikir kritis dan logis. Agama
islam datang dengan sifat kemuliaan sekaligus mengaktifkan kerja akal serta
menuntunnya kearah pemikiran Islam yang rahmatan lil’alamin. Artinya bahwa
Islam menempatkan akal sebagai perangkat untuk memperkuat basis pengetahuan
tentang keislaman seseorang. Sehingga ia mampu membedakan yang hak dan yang batil, mampu membuat
pilihan yang terbaik bagi dirinya, orang lain, dan masyarakat.
Sains Islam bukanlah
suatu yang terlepas secara bebas dari norma dan etika keagamaan, tapi ia tetap
tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya Islam. Karena
antara agama dan sains dalam Islam tidak ada pemisahan, bahkan sains dalam Islam bertujuan untuk
mengantarkan seseorang kepada pemahaman yang lebih mendalam terhadap
rahasia-rahasia yang terkandung dalam ayat-ayat Allah. Baik dalam ayat qauliah
dan juga ayat kauniah melalui pendayagunaan potensi nalar dan akal
secara maksimal. Sains Islam tetap merujuk kepada sumber aslinya yaklni
Al-Quran dan Hadits. Sains Islam tidak hanya berpandu kepada kemampuan akal dan
nalar semata, tetapi perpaduan antara dzikir dan fikir, sebab bila hanya akal
dan nalar yang menjadi rujukan, maka tidak jarang hasil temuannya bertentangan
dengan ajaran agama atau disalahgunakan kepada hal-hal yang menyimpang dari
norma-norma dan ajaran agama. Hasil temuan tersebut bisa-bisa mendatangkan
mafsadah, kerusakan, dan bencana di sana sini.
Karakterisitik
dari sains Islam adalah keterpaduan antara potensi nalar, akal dan wahyu serta
dzikir dan fikir. Sehingga sains yang dihasilkan ilmuan muslim betul-betul
Islami, bermakna, dan membawa kesejukan bagi alam semesta. Artinya mendatangkan manfaat dan
kemaslahatan bagi kepentingan umat manusia sesuai dengan misi Islam (rahmatan
lil’alamin). Sains Islam selalu terikat dengan nilai-nilai dan norma agama
dan selalu merujuk kepada Al-quran dan sunnah, dan ia membantu menghantarkan
para penemunya kepada pemahaman, keyakinan yang lebih sempurna kepada kebenaran
informasi yang terkandung dalam ayat-ayat Allah. Hal ini pada akhirnya dapat
meningkatkan keimanan, ketaqwaan kepada Allah, mengakui keagungan, kebesaran, dan
kemaha kuasaan-Nya.
Komentar
Posting Komentar