Newest

Transnational Advocacy Network

Transnasionalisme menghadirkan ide baru mengenai berkurangnya peran dari aktor negara. Dalam keadaan ini, transnasionalisme menjadikan hubungan antar negara menjadi lebih cair. Sistem yang mengalami pergeseran ini kemudian memunculkan aktor-aktor non-negara dengan pengaruh yang signifikan. Dalam transnasionalisme, peluang aktor non-negara bisa mempengaruhi kebijakan aktor negara. Bahasan mengenai transnasionalisme atau gerakan transnasional juga tidak sebatas tentang bagaimana sebuah organisasi bergerak. Tetapi juga tentang bagaimana organisasi-organisasi itu berinteraksi di dunia internasional memberikan pengaruhnya. Dalam bahasan ini Margaret E. Keck dan Kathryn Sikkink (1998) mengedepankan sebuah konsep yang dinamakan Transnational Advocacy Networks dimana dijelaskan jenis, pengaruh dan advokasi jaringan transnasional. Jaringan advokasi bagi Margaret dan Kathryn merupakan kata kunci penting di dalam memahami jejaring global. Yang kemudian jaringan advokasi dibagi menjadi cakup

Al-Quran dan Sains


       

Pada kesempatan kali ini saya ingin membahas tentang hubungan antara al-Quran dan sains. Sebelum itu kita akan membahas dahulu tentang Al-Quran. Al-Quran secara etimologi berasal dari kata Qaraa-Yaqrau-Qur’anan yang berarti “bacaan atau yang dibaca”. Secara general Al-Quran didefinisikan sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam Allah, seatu mukjizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Melalui perantaraan malikat Jibril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah.
            Al-Quran adalah kitab induk,rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber, basis bagi segala ilmu pengetahuan, sejauh mana keabsahan ilmu harus diukur standarnya dengan Al-Quran. Ia adalah buku induk ilmu pengetahuan, dimana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan, semuanya telah tertuang di dalamnya yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah (Hablu min Allah); sesama manusia (Hablu min an Nas); alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu empiris, ilmu agama, umum, dan lain sebagainya.
            Salah satu kumukjizatan al-Quran yang paling utama adalah hubungannya dengan sains, begitu pentingnya sains dalam Al-quran sehingga Allah menurunkan wahyu pertama kali Q.S. Al-‘Alaq 1-5.
·        Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
·        Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah,
·        Bacalah, dan Tuhanmu lah yang Maha Pemurah,
·        Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam,
·        Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat tersebut di atas mengandung perintah membaca, membaca berarti berfikir secara teratur atau sistematis dalam mempelajari firman dan ciptaannya. Berfikir dengan mengkolerasikan antara ayat qauliah dan kauniah manusia akan mampu menemukan konsep-konsep sains dan ilmu pengetahuan. Bahkan perintah yang pertama kali dititahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW dan umat Islam sebelum perintah-perintah yang lain adalah mengembangkan sains atau ilmu pengetahuan, serta bagaimana cara mendapatkannya.
Setelah kita membahas panjang lebar tentang Al-Quran maka kali ini kita akan membahas ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci Al-Quran Bahkan kata ‘ilm  itu sendiri disebut dalam Al-Quran sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata jadinya ia disebut lebih dari 744 kali. Sains merupakan salah satu kebutuhan agama Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melaksanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji dan lain-lain. Semuanya punya waktu-waktu tertentu dan untuk menentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi. Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah “sains mengenai waktu-waktu tertentu”. Dan juga masih banyak lagi ajaran agama Islam yang memerlukan ilmu pengetahuan dalam melaksakannya. Bahkan bagi umat muslim melaksanakan shalat dalam keadaan hilang akal, mabuk, gila dan lain-lain tidak dianggap sah ibadahnya. Hal ini dikarenakan islam sangat menjunjungtinggi akal dan juga ilmu pengetahuan.
Adapun sains dalam Islam memiliki karakteristik yang khusus. Allah SWT telah menganugrahkan akal kepada manusia, suatu anugerah yang sangat berharga, yang tidak diberikan kepada makhluk lain, sehingga umat manusia mampu berpikir kritis dan logis. Agama islam datang dengan sifat kemuliaan sekaligus mengaktifkan kerja akal serta menuntunnya kearah pemikiran Islam yang rahmatan lil’alamin. Artinya bahwa Islam menempatkan akal sebagai perangkat untuk memperkuat basis pengetahuan tentang keislaman seseorang. Sehingga ia mampu membedakan yang hak dan yang batil, mampu membuat pilihan yang terbaik bagi dirinya, orang lain, dan masyarakat.
Sains Islam bukanlah suatu yang terlepas secara bebas dari norma dan etika keagamaan, tapi ia tetap tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya Islam. Karena antara agama dan sains dalam Islam tidak ada pemisahan, bahkan sains dalam Islam bertujuan untuk mengantarkan seseorang kepada pemahaman yang lebih mendalam terhadap rahasia-rahasia yang terkandung dalam ayat-ayat Allah. Baik dalam ayat qauliah dan juga ayat kauniah melalui pendayagunaan potensi nalar dan akal secara maksimal. Sains Islam tetap merujuk kepada sumber aslinya yaklni Al-Quran dan Hadits. Sains Islam tidak hanya berpandu kepada kemampuan akal dan nalar semata, tetapi perpaduan antara dzikir dan fikir, sebab bila hanya akal dan nalar yang menjadi rujukan, maka tidak jarang hasil temuannya bertentangan dengan ajaran agama atau disalahgunakan kepada hal-hal yang menyimpang dari norma-norma dan ajaran agama. Hasil temuan tersebut bisa-bisa mendatangkan mafsadah, kerusakan, dan bencana di sana sini.

Karakterisitik dari sains Islam adalah keterpaduan antara potensi nalar, akal dan wahyu serta dzikir dan fikir. Sehingga sains yang dihasilkan ilmuan muslim betul-betul Islami, bermakna, dan membawa kesejukan bagi alam semesta. Artinya mendatangkan manfaat dan kemaslahatan bagi kepentingan umat manusia sesuai dengan misi Islam (rahmatan lil’alamin). Sains Islam selalu terikat dengan nilai-nilai dan norma agama dan selalu merujuk kepada Al-quran dan sunnah, dan ia membantu menghantarkan para penemunya kepada pemahaman, keyakinan yang lebih sempurna kepada kebenaran informasi yang terkandung dalam ayat-ayat Allah. Hal ini pada akhirnya dapat meningkatkan keimanan, ketaqwaan kepada Allah, mengakui keagungan, kebesaran, dan kemaha kuasaan-Nya.

Komentar

Most Read

Tokoh Hak Asasi Manusia di Indonesia

The Detente

Konflik Poso