Newest

Transnational Advocacy Network

Transnasionalisme menghadirkan ide baru mengenai berkurangnya peran dari aktor negara. Dalam keadaan ini, transnasionalisme menjadikan hubungan antar negara menjadi lebih cair. Sistem yang mengalami pergeseran ini kemudian memunculkan aktor-aktor non-negara dengan pengaruh yang signifikan. Dalam transnasionalisme, peluang aktor non-negara bisa mempengaruhi kebijakan aktor negara. Bahasan mengenai transnasionalisme atau gerakan transnasional juga tidak sebatas tentang bagaimana sebuah organisasi bergerak. Tetapi juga tentang bagaimana organisasi-organisasi itu berinteraksi di dunia internasional memberikan pengaruhnya. Dalam bahasan ini Margaret E. Keck dan Kathryn Sikkink (1998) mengedepankan sebuah konsep yang dinamakan Transnational Advocacy Networks dimana dijelaskan jenis, pengaruh dan advokasi jaringan transnasional. Jaringan advokasi bagi Margaret dan Kathryn merupakan kata kunci penting di dalam memahami jejaring global. Yang kemudian jaringan advokasi dibagi menjadi cakup

Turkey Ottoman Empire



1.      Pada tahun 1904 Jerman dan Inggris menandatangani perjanjian persahabatan, Etente Cordiale, yang mengatur hubungan luar negeri kedua negara serta menjamin kedaulatan masing-masing. Perkembangan industri Jerman begitu pesat sejak 1900an. Dan dengan itu muncullah ambisi Jerman untuk menjadi negara terkuat di dunia. Maka kebijakan membangun hubungan baik pun tidak dilanjutkan. Setelah itu mulailah negara-negara Eropa membentuk aliansi untuk mengumpulkan kekuatan. Inggris bergabung dengan kuat Perancis, Rusia, Itali dan Serbia. Sedangkan Jerman berkoalisi dengan Turki, Bulgaria dan Auatria-Hungaria. Sejak saat itulah, tahun 1914, Perang Dunia I pecah.
2.      Posisi Balkan begitu strategis karena menghubungkan Eropa-Asia. Yunani, Bulgaria, Montenegro dan Serbia membentuk Liga Balkan untuk menyerang dan mengalahkan Turki Utsmani, dan menjadikan daerah kekuasaannya berkurang di Eropa. Pada tahun 1912 Makedonia, sebuah daerah bagian dari kesultanan Turki diklaim Serbia dan Bulgaria. Meski pada awalnya perdamaian di antara ke-empat negara Liga Balkan tersebut bisa diwujudkan, namun keempat anggota Liga kembali bersengketa dan perang pun meletus pada tahun 1913.

3.      Di penghujung abad-18, kekuatan-kekuatan bangsa Eropa jauh lebih kuat dari Turki Utsmani. Hal ini semakin membuat bertambahnya ketergantungan Turki terhadap keseimbangan kekuatan bangsa-bangsa Eropa demi menjaga kelangsungannya. Hingga tahun 1878 Inggris dan Rusia salling berebut pengaruh, meski keduanya menghindari keterlibatan langsung dalam kerajaan Turki dan perseteruannya. Antara 1878 hingga 1914 sebagian wilayah di semenanjung Balkan menjadi wilayah merdeka dari kekuasaan Turki. Kondisi ini semakin sulit dan rumit, dimana setelah kerajaan Turki berabung dengan Jerman dalam Perang Dunia I pada tahun 1914. Keterlibatan ini bukan tanpa alasan. Alasan itu antara lain pengaruh Jerman di Kerajaan Turki melebihi negara Eropa lainnya. Pada tahun 1914 tentara Turki dilatih oleh Jerman. Turki juga beharap dapat mengambil kembali wilayahnya yang dicaplok oleh Rusia. Akan tetapi ini hanya berakibat fatal

 bagi Turki. Wilayah Turki semakin lama semakin kecil karena diperebutkan oleh orang-orang Eropa.

Komentar

Most Read

Tokoh Hak Asasi Manusia di Indonesia

The Detente

Konflik Poso