Newest

Transnational Advocacy Network

Transnasionalisme menghadirkan ide baru mengenai berkurangnya peran dari aktor negara. Dalam keadaan ini, transnasionalisme menjadikan hubungan antar negara menjadi lebih cair. Sistem yang mengalami pergeseran ini kemudian memunculkan aktor-aktor non-negara dengan pengaruh yang signifikan. Dalam transnasionalisme, peluang aktor non-negara bisa mempengaruhi kebijakan aktor negara. Bahasan mengenai transnasionalisme atau gerakan transnasional juga tidak sebatas tentang bagaimana sebuah organisasi bergerak. Tetapi juga tentang bagaimana organisasi-organisasi itu berinteraksi di dunia internasional memberikan pengaruhnya. Dalam bahasan ini Margaret E. Keck dan Kathryn Sikkink (1998) mengedepankan sebuah konsep yang dinamakan Transnational Advocacy Networks dimana dijelaskan jenis, pengaruh dan advokasi jaringan transnasional. Jaringan advokasi bagi Margaret dan Kathryn merupakan kata kunci penting di dalam memahami jejaring global. Yang kemudian jaringan advokasi dibagi menjadi cakup

Eksistensi Organisasi Teror ISIS


ISIS dan Arab Spring
ISIS muncul di tengah sengitnya perang saudara di Suriah. Perang dipicu oleh ketidakpuasan atas pemerintahan Presiden Bashar al Asad. Seperti  halnya sejumlah negara Arab yang terkena Arab Spring, kekisruhan di Suriah diawali dengan demonstrasi besar-besaran oleh kelompok kontra pemerintah yang menuntut mundur Rezim Al asad. Sejak perang meletus  tahun 2011 silam, sejumlah faksi turut andil dalam pertempuran menentang rezim Diktator Asad. Selain Pasukan pemerintah, Rezim Asad yang dekat dengan kalangan Syiah dibantu oleh milisi Hizbullah Lebanon dan secara diam-diam pula Iran  turut membantu  pertempuran melawan milisi pemberontak. Amerika dan sekutunya yang ingin manancapkan kekuasaannyaa juga turun tangan dalam perang ini untuk menggerus dominasi pengaruh Rusia di Timur Tengah dengan ikut melancarkan serangan ke Suriah memabantu kelompok pemberontak. Rusia juga terlibat dengan menyuplai persenjataan bersama dengan Iran sehingga Rezim Asad semakin bertengger di atas kursi keukuasaan. 
Faksi ISIS tidak sekedar sebagai pemberontak pemerintah, tetapi juga bermaksud mendirikan Daulah diantara Iraq-Suriah.  Sejah ini ISIS  disebut sebagai sempalan dari kelompok Al Qaida yang sama-sama membawa ide pendirian Khilafah dengan Pimpinannnya Abu Bakar al Baghdadi. Dalam dunia Islam, ISIS juga menuai kontroversi, Ulama Dunia seperti Syeikh Qardhawi tidak sepakat dengan gagasan yang dibawa ISIS. Qardhawi menilai khilafah ala ISIS tidaklah sah dan merusak perjuangan Islam.

ISIS dan Indonesia
Berkaitan dengan ISIS, isu hilangnya WNI di Turki yang diduga bergabung dengan ISIS sudah merupakan tanda pengasosiasian WNI dengan ISIS dan dapat berimplikasi luas. Citra buruk gerakan radikal ini akan membawa dampak psikologis bagi para WNI lainnya. Saat ini Indonesia didera berbagai isu kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat seperti ketidakpastian kenaikan harga BBM, terpuruknya nilai tukar rupiah, mahalnya harga kebutuhan pokok terutama beras, kacaunya supremasi hukum, rencana kenaikan tarif dasar listrik. Dalam arti isu ISIS ini juga dijadikan komoditi untuk mengaburkan sejumlah isu dalam negeri oleh elite yang tidak bertanggung jawab. Selain itu isu ISIS dijadikan upaya untuk mendemarketisasi Islam dan memecah belah persatuan bangsa oleh pihak-pihak yang menginginkan umat lupa akan berbagai ancaman nyata di depan mereka.
Peta kelompok dan gerakan teroris di Indonesia mengalami perubahan sejak adanya ISIS. Beberapa deklarasi sebagai pengikut ISIS terjadi di Indonesia. Catatan dari Badan Nasional Penanggulangan Terosisme (BNPT) tentang deklarasi dukungan terhadap ISIS dari Indonesia terjadi pada 11 Juli 2014, Abu Bakar Ba’asyir menyatakan bergabung dengan ISIS. Kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso di Poso juga  melakukan baiat sebagai pengikut ISIS. Sebelumnya pada 16 Maret 2014, Zaenal Anshari, Ketua Faksi Jatim dan H. Chep Hernawan, Ketua Gerakan Islam Reformis dari Cianjur melakukan deklarasi ISIS di Bunderan HI. DI Bekasi pada 22 Juni 2014 terungkap ada kelompok yang melakukan deklarasi ISIS. Sementara pada 15 Juli 2014 di Masjid Baitul Makmur Sukaharjo dilakukan deklarasi ISIS yang diikuti oleh ribuan orang dari Forum Pendukung Daulah Islamiyah (FPDI)
31 kelompok Boko Haram di Nigeria juga bergabung dengan ISIS

ISIS dan Citra Islam
Masyarakat dunia turut berduka atas penyerangan dan pengeboman yang terjadi di Paris. Penyerangan brutal yang dilakukan oleh 8 orang ISIS tersebut mengakibatkan lebih dari 120 orang meninggal dunia dan luka-luka. Banyak negara yang meberikan dukungan teradap korban dengan memancarkan warna bendera Perancis di situs wisata maupun pemerintah. Berbagai macam bentuk empati juga beredar di media sosial beredar.
Namun kemunculan rasa empati tersebut menimbulkan kecaman karena dianggap diskriminatif. Peristiwa Paris dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa pembunuhan yang terjadi di Palestina, Suriah, Iran dan daerah lainnya. Pembantaian terhadap umat muslim di Palestina olah Israel selama bertahun-tahun namun tidak ada perhatian dunia untuk menghentikan tindakan Israel. Bahkan rasa empati tersebut menimbulkan judgement seolah-olah umat muslim adalah teroris. Cukup banyak perbincangan tuduhan Islam sebagai teroris yang menimbulkn kekerasan. Rasa empati seperti ini justru akan memicu pergesekan antar umat beragama di dunia.
Judgement terhadap agama Islam sebagai asal terorisme tidak dapat dibenarkan. Memang ISIS mengaku bertangggung jawab atas sejumlah serangan di Paris. Pernyataan resmi telah dirilis ISIS dalam bentuk tulisan dan audio melalui akun resmi kelompok militan tersebut. Jika memahami dengan bijak, yang bertanggung jawab atas tindakan terror bom fan penyerangan ini jelas adalah organisasi ISIS, bukan umat islam yang hampir tersebar di seluruh penjuru dunia.
Paris sebagai ibukota perancis memang menjadi salah satu target utama bagi keompok ISIS. Mereka menyebut Paris sebagai ibukota kebencian dan penyimpangan. Negara Perancis cukup aktif dalam membantu Irak menghancurkan ISIS sejak awal. Konflik bersenjata ISIS dengan negara yang membantu Iraq dan Suriah juga telah berlangsung dari dahulu. Penyerangan ISIS juga telah berlangsung sejak tahun 2014. Pasca penyerangan ini Perancis langsung melakukan aksi balas dendam dengan menggempur markas kelompok ISIS.   

ISIS dan Arab Spring
ISIS muncul di tengah sengitnya perang saudara di Suriah. Perang dipicu oleh ketidakpuasan atas pemerintahan Presiden Bashar al Asad. Seperti  halnya sejumlah negara Arab yang terkena Arab Spring, kekisruhan di Suriah diawali dengan demonstrasi besar-besaran oleh kelompok kontra pemerintah yang menuntut mundur Rezim Al asad. Sejak perang meletus  tahun 2011 silam, sejumlah faksi turut andil dalam pertempuran menentang rezim Diktator Asad. Selain Pasukan pemerintah, Rezim Asad yang dekat dengan kalangan Syiah dibantu oleh milisi Hizbullah Lebanon dan secara diam-diam pula Iran  turut membantu  pertempuran melawan milisi pemberontak. Amerika dan sekutunya yang ingin manancapkan kekuasaannyaa juga turun tangan dalam perang ini untuk menggerus dominasi pengaruh Rusia di Timur Tengah dengan ikut melancarkan serangan ke Suriah memabantu kelompok pemberontak. Rusia juga terlibat dengan menyuplai persenjataan bersama dengan Iran sehingga Rezim Asad semakin bertengger di atas kursi keukuasaan. 
Faksi ISIS tidak sekedar sebagai pemberontak pemerintah, tetapi juga bermaksud mendirikan Daulah diantara Iraq-Suriah.  Sejah ini ISIS  disebut sebagai sempalan dari kelompok Al Qaida yang sama-sama membawa ide pendirian Khilafah dengan Pimpinannnya Abu Bakar al Baghdadi. Dalam dunia Islam, ISIS juga menuai kontroversi, Ulama Dunia seperti Syeikh Qardhawi tidak sepakat dengan gagasan yang dibawa ISIS. Qardhawi menilai khilafah ala ISIS tidaklah sah dan merusak perjuangan Islam.

ISIS dan Indonesia
Berkaitan dengan ISIS, isu hilangnya WNI di Turki yang diduga bergabung dengan ISIS sudah merupakan tanda pengasosiasian WNI dengan ISIS dan dapat berimplikasi luas. Citra buruk gerakan radikal ini akan membawa dampak psikologis bagi para WNI lainnya. Saat ini Indonesia didera berbagai isu kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat seperti ketidakpastian kenaikan harga BBM, terpuruknya nilai tukar rupiah, mahalnya harga kebutuhan pokok terutama beras, kacaunya supremasi hukum, rencana kenaikan tarif dasar listrik. Dalam arti isu ISIS ini juga dijadikan komoditi untuk mengaburkan sejumlah isu dalam negeri oleh elite yang tidak bertanggung jawab. Selain itu isu ISIS dijadikan upaya untuk mendemarketisasi Islam dan memecah belah persatuan bangsa oleh pihak-pihak yang menginginkan umat lupa akan berbagai ancaman nyata di depan mereka.
Peta kelompok dan gerakan teroris di Indonesia mengalami perubahan sejak adanya ISIS. Beberapa deklarasi sebagai pengikut ISIS terjadi di Indonesia. Catatan dari Badan Nasional Penanggulangan Terosisme (BNPT) tentang deklarasi dukungan terhadap ISIS dari Indonesia terjadi pada 11 Juli 2014, Abu Bakar Ba’asyir menyatakan bergabung dengan ISIS. Kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso di Poso juga  melakukan baiat sebagai pengikut ISIS. Sebelumnya pada 16 Maret 2014, Zaenal Anshari, Ketua Faksi Jatim dan H. Chep Hernawan, Ketua Gerakan Islam Reformis dari Cianjur melakukan deklarasi ISIS di Bunderan HI. DI Bekasi pada 22 Juni 2014 terungkap ada kelompok yang melakukan deklarasi ISIS. Sementara pada 15 Juli 2014 di Masjid Baitul Makmur Sukaharjo dilakukan deklarasi ISIS yang diikuti oleh ribuan orang dari Forum Pendukung Daulah Islamiyah (FPDI)
31 kelompok Boko Haram di Nigeria juga bergabung dengan ISIS

ISIS dan Citra Islam
Masyarakat dunia turut berduka atas penyerangan dan pengeboman yang terjadi di Paris. Penyerangan brutal yang dilakukan oleh 8 orang ISIS tersebut mengakibatkan lebih dari 120 orang meninggal dunia dan luka-luka. Banyak negara yang meberikan dukungan teradap korban dengan memancarkan warna bendera Perancis di situs wisata maupun pemerintah. Berbagai macam bentuk empati juga beredar di media sosial beredar.
Namun kemunculan rasa empati tersebut menimbulkan kecaman karena dianggap diskriminatif. Peristiwa Paris dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa pembunuhan yang terjadi di Palestina, Suriah, Iran dan daerah lainnya. Pembantaian terhadap umat muslim di Palestina olah Israel selama bertahun-tahun namun tidak ada perhatian dunia untuk menghentikan tindakan Israel. Bahkan rasa empati tersebut menimbulkan judgement seolah-olah umat muslim adalah teroris. Cukup banyak perbincangan tuduhan Islam sebagai teroris yang menimbulkn kekerasan. Rasa empati seperti ini justru akan memicu pergesekan antar umat beragama di dunia.
Judgement terhadap agama Islam sebagai asal terorisme tidak dapat dibenarkan. Memang ISIS mengaku bertangggung jawab atas sejumlah serangan di Paris. Pernyataan resmi telah dirilis ISIS dalam bentuk tulisan dan audio melalui akun resmi kelompok militan tersebut. Jika memahami dengan bijak, yang bertanggung jawab atas tindakan terror bom fan penyerangan ini jelas adalah organisasi ISIS, bukan umat islam yang hampir tersebar di seluruh penjuru dunia.

Paris sebagai ibukota perancis memang menjadi salah satu target utama bagi keompok ISIS. Mereka menyebut Paris sebagai ibukota kebencian dan penyimpangan. Negara Perancis cukup aktif dalam membantu Irak menghancurkan ISIS sejak awal. Konflik bersenjata ISIS dengan negara yang membantu Iraq dan Suriah juga telah berlangsung dari dahulu. Penyerangan ISIS juga telah berlangsung sejak tahun 2014. Pasca penyerangan ini Perancis langsung melakukan aksi balas dendam dengan menggempur markas kelompok ISIS.   

Komentar

Most Read

Tokoh Hak Asasi Manusia di Indonesia

The Detente

Konflik Poso