ISIS dan Arab
Spring
ISIS muncul di
tengah sengitnya perang saudara di Suriah. Perang dipicu oleh ketidakpuasan
atas pemerintahan Presiden Bashar al Asad. Seperti halnya sejumlah negara Arab yang terkena Arab
Spring, kekisruhan di Suriah diawali dengan demonstrasi besar-besaran oleh
kelompok kontra pemerintah yang menuntut mundur Rezim Al asad. Sejak perang
meletus tahun 2011 silam, sejumlah faksi
turut andil dalam pertempuran menentang rezim Diktator Asad. Selain Pasukan
pemerintah, Rezim Asad yang dekat dengan kalangan Syiah dibantu oleh milisi
Hizbullah Lebanon dan secara diam-diam pula Iran turut membantu pertempuran melawan milisi pemberontak.
Amerika dan sekutunya yang ingin manancapkan kekuasaannyaa juga turun tangan
dalam perang ini untuk menggerus dominasi pengaruh Rusia di Timur Tengah dengan
ikut melancarkan serangan ke Suriah memabantu kelompok pemberontak. Rusia juga
terlibat dengan menyuplai persenjataan bersama dengan Iran sehingga Rezim Asad
semakin bertengger di atas kursi keukuasaan.
Faksi ISIS tidak
sekedar sebagai pemberontak pemerintah, tetapi juga bermaksud mendirikan Daulah
diantara Iraq-Suriah. Sejah ini
ISIS disebut sebagai sempalan dari
kelompok Al Qaida yang sama-sama membawa ide pendirian Khilafah dengan
Pimpinannnya Abu Bakar al Baghdadi. Dalam dunia Islam, ISIS juga menuai
kontroversi, Ulama Dunia seperti Syeikh Qardhawi tidak sepakat dengan gagasan
yang dibawa ISIS. Qardhawi menilai khilafah ala ISIS tidaklah sah dan merusak
perjuangan Islam.
ISIS dan
Indonesia
Berkaitan dengan
ISIS, isu hilangnya WNI di Turki yang diduga bergabung dengan ISIS sudah
merupakan tanda pengasosiasian WNI dengan ISIS dan dapat berimplikasi luas.
Citra buruk gerakan radikal ini akan membawa dampak psikologis bagi para WNI
lainnya. Saat ini Indonesia didera berbagai isu kebijakan pemerintah yang tidak
pro rakyat seperti ketidakpastian kenaikan harga BBM, terpuruknya nilai tukar
rupiah, mahalnya harga kebutuhan pokok terutama beras, kacaunya supremasi
hukum, rencana kenaikan tarif dasar listrik. Dalam arti isu ISIS ini juga
dijadikan komoditi untuk mengaburkan sejumlah isu dalam negeri oleh elite yang
tidak bertanggung jawab. Selain itu isu ISIS dijadikan upaya untuk
mendemarketisasi Islam dan memecah belah persatuan bangsa oleh pihak-pihak yang
menginginkan umat lupa akan berbagai ancaman nyata di depan mereka.
Peta kelompok
dan gerakan teroris di Indonesia mengalami perubahan sejak adanya ISIS.
Beberapa deklarasi sebagai pengikut ISIS terjadi di Indonesia. Catatan dari
Badan Nasional Penanggulangan Terosisme (BNPT) tentang deklarasi dukungan
terhadap ISIS dari Indonesia terjadi pada 11 Juli 2014, Abu Bakar Ba’asyir
menyatakan bergabung dengan ISIS. Kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan
Santoso di Poso juga melakukan baiat
sebagai pengikut ISIS. Sebelumnya pada 16 Maret 2014, Zaenal Anshari, Ketua
Faksi Jatim dan H. Chep Hernawan, Ketua Gerakan Islam Reformis dari Cianjur
melakukan deklarasi ISIS di Bunderan HI. DI Bekasi pada 22 Juni 2014 terungkap
ada kelompok yang melakukan deklarasi ISIS. Sementara pada 15 Juli 2014 di
Masjid Baitul Makmur Sukaharjo dilakukan deklarasi ISIS yang diikuti oleh
ribuan orang dari Forum Pendukung Daulah Islamiyah (FPDI)
31 kelompok Boko
Haram di Nigeria juga bergabung dengan ISIS
ISIS dan Citra
Islam
Masyarakat dunia
turut berduka atas penyerangan dan pengeboman yang terjadi di Paris.
Penyerangan brutal yang dilakukan oleh 8 orang ISIS tersebut mengakibatkan
lebih dari 120 orang meninggal dunia dan luka-luka. Banyak negara yang
meberikan dukungan teradap korban dengan memancarkan warna bendera Perancis di
situs wisata maupun pemerintah. Berbagai macam bentuk empati juga beredar di
media sosial beredar.
Namun kemunculan
rasa empati tersebut menimbulkan kecaman karena dianggap diskriminatif.
Peristiwa Paris dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa pembunuhan yang terjadi
di Palestina, Suriah, Iran dan daerah lainnya. Pembantaian terhadap umat muslim
di Palestina olah Israel selama bertahun-tahun namun tidak ada perhatian dunia
untuk menghentikan tindakan Israel. Bahkan rasa empati tersebut menimbulkan
judgement seolah-olah umat muslim adalah teroris. Cukup banyak perbincangan
tuduhan Islam sebagai teroris yang menimbulkn kekerasan. Rasa empati seperti
ini justru akan memicu pergesekan antar umat beragama di dunia.
Judgement
terhadap agama Islam sebagai asal terorisme tidak dapat dibenarkan. Memang ISIS
mengaku bertangggung jawab atas sejumlah serangan di Paris. Pernyataan resmi
telah dirilis ISIS dalam bentuk tulisan dan audio melalui akun resmi kelompok
militan tersebut. Jika memahami dengan bijak, yang bertanggung jawab atas
tindakan terror bom fan penyerangan ini jelas adalah organisasi ISIS, bukan
umat islam yang hampir tersebar di seluruh penjuru dunia.
Paris sebagai
ibukota perancis memang menjadi salah satu target utama bagi keompok ISIS.
Mereka menyebut Paris sebagai ibukota kebencian dan penyimpangan. Negara
Perancis cukup aktif dalam membantu Irak menghancurkan ISIS sejak awal. Konflik
bersenjata ISIS dengan negara yang membantu Iraq dan Suriah juga telah berlangsung
dari dahulu. Penyerangan ISIS juga telah berlangsung sejak tahun 2014. Pasca
penyerangan ini Perancis langsung melakukan aksi balas dendam dengan menggempur
markas kelompok ISIS.
ISIS dan Arab
Spring
ISIS muncul di
tengah sengitnya perang saudara di Suriah. Perang dipicu oleh ketidakpuasan
atas pemerintahan Presiden Bashar al Asad. Seperti halnya sejumlah negara Arab yang terkena Arab
Spring, kekisruhan di Suriah diawali dengan demonstrasi besar-besaran oleh
kelompok kontra pemerintah yang menuntut mundur Rezim Al asad. Sejak perang
meletus tahun 2011 silam, sejumlah faksi
turut andil dalam pertempuran menentang rezim Diktator Asad. Selain Pasukan
pemerintah, Rezim Asad yang dekat dengan kalangan Syiah dibantu oleh milisi
Hizbullah Lebanon dan secara diam-diam pula Iran turut membantu pertempuran melawan milisi pemberontak.
Amerika dan sekutunya yang ingin manancapkan kekuasaannyaa juga turun tangan
dalam perang ini untuk menggerus dominasi pengaruh Rusia di Timur Tengah dengan
ikut melancarkan serangan ke Suriah memabantu kelompok pemberontak. Rusia juga
terlibat dengan menyuplai persenjataan bersama dengan Iran sehingga Rezim Asad
semakin bertengger di atas kursi keukuasaan.
Faksi ISIS tidak
sekedar sebagai pemberontak pemerintah, tetapi juga bermaksud mendirikan Daulah
diantara Iraq-Suriah. Sejah ini
ISIS disebut sebagai sempalan dari
kelompok Al Qaida yang sama-sama membawa ide pendirian Khilafah dengan
Pimpinannnya Abu Bakar al Baghdadi. Dalam dunia Islam, ISIS juga menuai
kontroversi, Ulama Dunia seperti Syeikh Qardhawi tidak sepakat dengan gagasan
yang dibawa ISIS. Qardhawi menilai khilafah ala ISIS tidaklah sah dan merusak
perjuangan Islam.
ISIS dan
Indonesia
Berkaitan dengan
ISIS, isu hilangnya WNI di Turki yang diduga bergabung dengan ISIS sudah
merupakan tanda pengasosiasian WNI dengan ISIS dan dapat berimplikasi luas.
Citra buruk gerakan radikal ini akan membawa dampak psikologis bagi para WNI
lainnya. Saat ini Indonesia didera berbagai isu kebijakan pemerintah yang tidak
pro rakyat seperti ketidakpastian kenaikan harga BBM, terpuruknya nilai tukar
rupiah, mahalnya harga kebutuhan pokok terutama beras, kacaunya supremasi
hukum, rencana kenaikan tarif dasar listrik. Dalam arti isu ISIS ini juga
dijadikan komoditi untuk mengaburkan sejumlah isu dalam negeri oleh elite yang
tidak bertanggung jawab. Selain itu isu ISIS dijadikan upaya untuk
mendemarketisasi Islam dan memecah belah persatuan bangsa oleh pihak-pihak yang
menginginkan umat lupa akan berbagai ancaman nyata di depan mereka.
Peta kelompok
dan gerakan teroris di Indonesia mengalami perubahan sejak adanya ISIS.
Beberapa deklarasi sebagai pengikut ISIS terjadi di Indonesia. Catatan dari
Badan Nasional Penanggulangan Terosisme (BNPT) tentang deklarasi dukungan
terhadap ISIS dari Indonesia terjadi pada 11 Juli 2014, Abu Bakar Ba’asyir
menyatakan bergabung dengan ISIS. Kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan
Santoso di Poso juga melakukan baiat
sebagai pengikut ISIS. Sebelumnya pada 16 Maret 2014, Zaenal Anshari, Ketua
Faksi Jatim dan H. Chep Hernawan, Ketua Gerakan Islam Reformis dari Cianjur
melakukan deklarasi ISIS di Bunderan HI. DI Bekasi pada 22 Juni 2014 terungkap
ada kelompok yang melakukan deklarasi ISIS. Sementara pada 15 Juli 2014 di
Masjid Baitul Makmur Sukaharjo dilakukan deklarasi ISIS yang diikuti oleh
ribuan orang dari Forum Pendukung Daulah Islamiyah (FPDI)
31 kelompok Boko
Haram di Nigeria juga bergabung dengan ISIS
ISIS dan Citra
Islam
Masyarakat dunia
turut berduka atas penyerangan dan pengeboman yang terjadi di Paris.
Penyerangan brutal yang dilakukan oleh 8 orang ISIS tersebut mengakibatkan
lebih dari 120 orang meninggal dunia dan luka-luka. Banyak negara yang
meberikan dukungan teradap korban dengan memancarkan warna bendera Perancis di
situs wisata maupun pemerintah. Berbagai macam bentuk empati juga beredar di
media sosial beredar.
Namun kemunculan
rasa empati tersebut menimbulkan kecaman karena dianggap diskriminatif.
Peristiwa Paris dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa pembunuhan yang terjadi
di Palestina, Suriah, Iran dan daerah lainnya. Pembantaian terhadap umat muslim
di Palestina olah Israel selama bertahun-tahun namun tidak ada perhatian dunia
untuk menghentikan tindakan Israel. Bahkan rasa empati tersebut menimbulkan
judgement seolah-olah umat muslim adalah teroris. Cukup banyak perbincangan
tuduhan Islam sebagai teroris yang menimbulkn kekerasan. Rasa empati seperti
ini justru akan memicu pergesekan antar umat beragama di dunia.
Judgement
terhadap agama Islam sebagai asal terorisme tidak dapat dibenarkan. Memang ISIS
mengaku bertangggung jawab atas sejumlah serangan di Paris. Pernyataan resmi
telah dirilis ISIS dalam bentuk tulisan dan audio melalui akun resmi kelompok
militan tersebut. Jika memahami dengan bijak, yang bertanggung jawab atas
tindakan terror bom fan penyerangan ini jelas adalah organisasi ISIS, bukan
umat islam yang hampir tersebar di seluruh penjuru dunia.
Paris sebagai
ibukota perancis memang menjadi salah satu target utama bagi keompok ISIS.
Mereka menyebut Paris sebagai ibukota kebencian dan penyimpangan. Negara
Perancis cukup aktif dalam membantu Irak menghancurkan ISIS sejak awal. Konflik
bersenjata ISIS dengan negara yang membantu Iraq dan Suriah juga telah berlangsung
dari dahulu. Penyerangan ISIS juga telah berlangsung sejak tahun 2014. Pasca
penyerangan ini Perancis langsung melakukan aksi balas dendam dengan menggempur
markas kelompok ISIS.
Komentar
Posting Komentar