Newest

Transnational Advocacy Network

Transnasionalisme menghadirkan ide baru mengenai berkurangnya peran dari aktor negara. Dalam keadaan ini, transnasionalisme menjadikan hubungan antar negara menjadi lebih cair. Sistem yang mengalami pergeseran ini kemudian memunculkan aktor-aktor non-negara dengan pengaruh yang signifikan. Dalam transnasionalisme, peluang aktor non-negara bisa mempengaruhi kebijakan aktor negara. Bahasan mengenai transnasionalisme atau gerakan transnasional juga tidak sebatas tentang bagaimana sebuah organisasi bergerak. Tetapi juga tentang bagaimana organisasi-organisasi itu berinteraksi di dunia internasional memberikan pengaruhnya. Dalam bahasan ini Margaret E. Keck dan Kathryn Sikkink (1998) mengedepankan sebuah konsep yang dinamakan Transnational Advocacy Networks dimana dijelaskan jenis, pengaruh dan advokasi jaringan transnasional. Jaringan advokasi bagi Margaret dan Kathryn merupakan kata kunci penting di dalam memahami jejaring global. Yang kemudian jaringan advokasi dibagi menjadi cakup

Pelanggaran HAM dan G30SPKI


Tahun 1945 indonesia terbangun dari mimpi buruknya selama kurang lebih tiga ratus lima puluh tiga tahun menjadi korban koloni, penodaan hak kebebasan hidup manusia. Namun merdekanya Indonesia tidak secara otomatis menghapuskan pula derita dan lukanya. Perlakuan terhadap umat Tuhan dengan layak masih sangat mahal harganya di Bumi Pertiwi. Seiring bertumbuhnya negara yang baru merdeka ini, peralihan kekuasaan dan bermacam kepentingan politik berperan menentukan warna kehidupan seperti apa yang nantinya akan didapatkan rakyat. Dan ternyata kehidupan yang didapat belum bisa harum bebas dari bau amis darah manusia dan bau busuk dari onggokan bangkai orang-orang yang entah apa salahnya.
PKI (Partai Komunis Indonesia) yang semula bernama PKH (Perserikatan Komunis di Hindia) adalah partai politik di Indonesia yang bernafas komunis non-penguasa terbesar di dunia setelah Rusia dan Tiongkok, Sebelum akhirnya dihancurkan dan dinyatakan partai terlarang di Indonesia tahun 1965. Peristiwa-peristiwa yang melibatkan PKI setelah kemerdekaan banyak menimbulkan korban jiwa. Baik pemberontakan PKI yang terjadi di Madiun ataupun peristiwa lain di luar pemberontakan Madiun, yang terjadi dalam kurun tahun 1948 hingga 1965, data mencatat setidaknya ada 271 korban jiwa akibat penculikan dan pembunuhan yang dilakukan PKI. Terbunuhnya enam jenderal senior pada malam tanggal 30 september, menjadi puncak sekaligus akhir dari serangkaian sepak terjang PKI di Indonesia. Keesokan harinya pembunuh mengumumkan bahwa Dewan Revolusi Baru telah merebut kekuasaan, dan menyebut diri mereka “Gerakan 30 September”. Tentara yang dipimpin Jenderal Soeharto dengan cepat menyalahkan PKI dan melakukan propaganda anti-komunis di Indonesia. Padahal bukti PKI sebagai dalang di balik pembunuhan para jenderal tidak meyakinkan dan memunculkan spekulasi keterlibatan mereka sangat terbatas, atau bahwa Soeharto mengorganisir peristiwa dan mengkambinghitamkan komunis.
Pasca pembunuhan enam jenderal, gerakan anti komunis meletup hampir di semua titik daerah di Indonesia. Melakukan pembersihan komunis dan terduga komunis dengan cara keji. Operasi pembantaian kroni-kroni komunis ini dilakukan hampir di seluruh Indonesia. Terduga anggota, keluarga, dan kerabat PKI dieksekusi massal tanpa melewati persidangan pengadilan yang seharusnya. Cara mengeksekusi terduga telibat komunis sangat tidak manusiawi, disembelih, tubuh dan kemaluannya dibakar, dicekik dengan jeratan tali kawat dan ditembak kepala ditengah korban lain yang menunggu giliran untuk dieksekusi. Sejarah paling kelam bangsa ini yang tak akan pernah terlupakan dan tidak pernah tertulis di buku-buku sejarah di sekolah-sekolah. Lebih dari 100.000 orang tewas hanya dalam hitungan bulan (The Econimist London). Para anak perempuan terduga komunis pun tak luput dari kebiadaban orang yang mengatasnamakan anti-komunis, dilecehkan dan diperkosa hingga tak sedikit dari mereka yang hamil.

Banyak orang penting yang telibat dan menjadi penentu gerakan pembantaian, namun hal ini tidak pernah menjadi sesuatu hal yang diingat dan disesali. Betapa berangusnya manusia pada waktu itu terhadap manusia lainnya yang padahal sama-sama makhluk Tuhan. Pembersihan anggota komunis seakan sebagai ajang sukacita dan yang nikmat dilakukan. Semua ini tidak terlepas dari peran orang-orang penting yang setiap waktu gencar mempropaganda dan menghasut penduduk untuk membantai orang komunis. Tidak cukup sampai di sana, keluarga komunis yang selamat dari pembantaian, kesejahteraan hidupnya dipastikan jauh lebih rendah dan mendapat diskriminasi. Di mana letak hati orang-orang pada waktu itu?. Suatu kesalahan tidak seharusnya harus suskses terbalaskan dendam dengan balasan yang lebih sempurna kekejiannya.

Komentar

Most Read

Tokoh Hak Asasi Manusia di Indonesia

The Detente

Konflik Poso