Tahun 1945 indonesia
terbangun dari mimpi buruknya selama kurang lebih tiga ratus lima puluh tiga
tahun menjadi korban koloni, penodaan hak kebebasan hidup manusia. Namun merdekanya
Indonesia tidak secara otomatis menghapuskan pula derita dan lukanya. Perlakuan
terhadap umat Tuhan dengan layak masih sangat mahal harganya di Bumi Pertiwi. Seiring
bertumbuhnya negara yang baru merdeka ini, peralihan kekuasaan dan bermacam
kepentingan politik berperan menentukan warna kehidupan seperti apa yang nantinya
akan didapatkan rakyat. Dan ternyata kehidupan yang didapat belum bisa harum
bebas dari bau amis darah manusia dan bau busuk dari onggokan bangkai
orang-orang yang entah apa salahnya.
PKI (Partai Komunis
Indonesia) yang semula bernama PKH (Perserikatan Komunis di Hindia) adalah
partai politik di Indonesia yang bernafas komunis non-penguasa terbesar di
dunia setelah Rusia dan Tiongkok, Sebelum akhirnya dihancurkan dan dinyatakan
partai terlarang di Indonesia tahun 1965. Peristiwa-peristiwa yang melibatkan
PKI setelah kemerdekaan banyak menimbulkan korban jiwa. Baik pemberontakan PKI
yang terjadi di Madiun ataupun peristiwa lain di luar pemberontakan Madiun,
yang terjadi dalam kurun tahun 1948 hingga 1965, data mencatat setidaknya ada
271 korban jiwa akibat penculikan dan pembunuhan yang dilakukan PKI. Terbunuhnya
enam jenderal senior pada malam tanggal 30 september, menjadi puncak sekaligus
akhir dari serangkaian sepak terjang PKI di Indonesia. Keesokan harinya
pembunuh mengumumkan bahwa Dewan Revolusi Baru telah merebut kekuasaan, dan
menyebut diri mereka “Gerakan 30 September”. Tentara yang dipimpin Jenderal
Soeharto dengan cepat menyalahkan PKI dan melakukan propaganda anti-komunis di
Indonesia. Padahal bukti PKI sebagai dalang di balik pembunuhan para jenderal
tidak meyakinkan dan memunculkan spekulasi keterlibatan mereka sangat terbatas,
atau bahwa Soeharto mengorganisir peristiwa dan mengkambinghitamkan komunis.
Pasca pembunuhan enam
jenderal, gerakan anti komunis meletup hampir di semua titik daerah di
Indonesia. Melakukan pembersihan komunis dan terduga komunis dengan cara keji. Operasi
pembantaian kroni-kroni komunis ini dilakukan hampir di seluruh Indonesia.
Terduga anggota, keluarga, dan kerabat PKI dieksekusi massal tanpa melewati
persidangan pengadilan yang seharusnya. Cara mengeksekusi terduga telibat
komunis sangat tidak manusiawi, disembelih, tubuh dan kemaluannya dibakar,
dicekik dengan jeratan tali kawat dan ditembak kepala ditengah korban lain yang
menunggu giliran untuk dieksekusi. Sejarah paling kelam bangsa ini yang tak
akan pernah terlupakan dan tidak pernah tertulis di buku-buku sejarah di
sekolah-sekolah. Lebih dari 100.000 orang tewas hanya dalam hitungan bulan (The
Econimist London). Para anak perempuan terduga komunis pun tak luput dari
kebiadaban orang yang mengatasnamakan anti-komunis, dilecehkan dan diperkosa
hingga tak sedikit dari mereka yang hamil.
Banyak orang penting yang
telibat dan menjadi penentu gerakan pembantaian, namun hal ini tidak pernah
menjadi sesuatu hal yang diingat dan disesali. Betapa berangusnya manusia pada
waktu itu terhadap manusia lainnya yang padahal sama-sama makhluk Tuhan.
Pembersihan anggota komunis seakan sebagai ajang sukacita dan yang nikmat
dilakukan. Semua ini tidak terlepas dari peran orang-orang penting yang setiap
waktu gencar mempropaganda dan menghasut penduduk untuk membantai orang
komunis. Tidak cukup sampai di sana, keluarga komunis yang selamat dari
pembantaian, kesejahteraan hidupnya dipastikan jauh lebih rendah dan mendapat
diskriminasi. Di mana letak hati orang-orang pada waktu itu?. Suatu kesalahan
tidak seharusnya harus suskses terbalaskan dendam dengan balasan yang lebih
sempurna kekejiannya.
Komentar
Posting Komentar